Lebih Baik dari Tahun Baru Masehi? Ini Keistimewaan Bulan Muharram! | Perspektif Islam

Bulan baru, semangat baru. Waktunya upgrade imanmu! 🔗 Temukan inspirasinya di sini 👉
Ilustrasi tahun baru Hijriyah. (Foto: Freepik).


Perspektif Islam - Banyak dari kita menyambut tahun baru masehi dengan kembang api dan resolusi. Tapi bagaimana dengan tahun baru hijriyah? Tanpa terasa, Muharram sudah datang. Sayangnya, bulan mulia ini sering lewat begitu saja, sepi dari perhatian. Padahal, justru di bulan inilah kita bisa memulai lembaran hidup yang benar-benar baru — bukan sekadar slogan.

Muharram bukan bulan biasa. Dalam Islam, ia termasuk satu dari empat bulan haram, yakni bulan-bulan suci yang dimuliakan Allah sejak awal penciptaan. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ   

Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah SWT ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antara empat bulan haram (bulan Dzulqo’idah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab). Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya dirimu dalam empat bulan mulia itu dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka memerangi kalian semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa.” (At-Taubah [9]: ayat 36).

Disebut “haram” dikarenakan dilarangnya perang pada bulan ini, dan juga di bulan-bulan ini kita dituntut untuk lebih menjaga diri, menjauhi dosa, dan memperbanyak amal baik. Di saat dunia sedang sibuk dengan ritme dan rutinitas, Muharram datang seperti waktu istirahat rohani — mengajak kita menata ulang arah hidup.

Salah satu momen paling dikenal di bulan ini adalah Hari ‘Asyura, tanggal 10 Muharram. Tahukah kamu? Rasulullah SAW sangat menganjurkan puasa pada hari ini. Dalam hadits shahih, Nabi SAW bersabda:

عَنْ أَبي قَتَادَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ صِيامِ يَوْمِ عَاشُوراءَ، فَقَالَ: يُكَفِّرُ السَّنَةَ المَاضِيَةَ. (رواه مسلم) 

Artinya, “Diriwayatkan dari Abu Qatadah RA: sungguh Rasulullah saw bersabda pernah ditanya tentang keutamaan puasa hari Asyura, lalu beliau menjawab: ‘Puasa Asyura melebur dosa setahun yang telah lewat’.” (HR. Muslim).

Bayangkan, hanya dengan satu hari puasa, dosa selama setahun bisa dihapus, tapi ini dosa-dosa yang kecil dn tak sengaja ya. Jadi, ini bukan soal ritual kosong, tapi soal kesadaran diri bahwa kita ini penuh khilaf, dan Allah Maha Pengampun.

Rasulullah SAW bahkan menyebut Muharram sebagai Syahrullah atau Bulan Allah. Penyebutan “bulan Allah” saja sudah cukup untuk menggambarkan kemuliaannya. Maka tak heran jika banyak ulama menganjurkan kita memperbanyak puasa sunnah, shalat malam, membaca Al-Qur’an, atau sekadar berhenti dari hal-hal yang sia-sia di bulan ini.

Banyak kisah besar terjadi di bulan Muharram. Nabi Musa AS diselamatkan dari kejaran Firaun pada hari Asyura. Karenanya, Rasulullah SAW juga ikut berpuasa sebagai bentuk syukur dan mengajarkan kita untuk berpuasa tidak hanya pada tanggal 10, tapi juga 9 (Tasu’a) agar berbeda dari kaum Yahudi.

عن عَبْد اللهِ بْن عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، يَقُولُ: حِينَ صَامَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ» قَالَ: فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ، حَتَّى تُوُفِّيَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ 

Artinya, "Dari Abdullah Ibnu Abbas ra berkata: "Ketika Rasulullah saw ‎berpuasa pada hari Asyura dan menyuruh para sahabat juga berpuasa, mereka ‎bertanya: "Wahai Rasulullah, hari Asyura itu adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang ‎Yahudi dan Nasrani." Kemudian Rasulullah saw bersabda: "Kalau demikian, Insya Allah tahun depan ‎kita berpuasa juga pada hari yang kesembilan. Abdullah Ibnu Abbas melanjutkan ceritanya: "Tetapi ‎sebelum datang tahun depan yang dimaksud, Rasulullah saw telah wafat." [HR Muslim, Nomor Hadits 1134).

Ini bukan soal mengikuti tren atau budaya, tapi tentang mengambil pelajaran dari sejarah. Bahwa kemenangan orang-orang beriman selalu datang dengan kesabaran, doa, dan keyakinan — seperti kisah Nabi Musa dan lautan yang terbelah.

Bagi kita yang masih muda, bulan Muharram bisa jadi waktu yang tepat untuk merenung dan membenahi arah hidup. Dunia digital kadang bikin kita lupa waktu, tenggelam dalam scroll dan like. Tapi waktu terus berjalan. Tahun baru hijriyah seharusnya jadi pengingat: "Sudah sejauh mana aku dekat dengan Allah? Sudah seberapa jauh aku menjauh dari dosa?"
Muharram tidak butuh pesta. Ia butuh perenungan. Butuh langkah kecil yang membawa kita lebih dekat pada cahaya. Mungkin itu shalat malam yang mulai dicoba, zikir di sela waktu luang, atau bahkan sekadar mulai berhenti dari candaan yang menyakiti. Semua itu bisa jadi titik balik.
Karena sejatinya, tahun baru terbaik adalah saat kita benar-benar menjadi pribadi yang lebih baik.

Penulis: M Rufait Balya