Sekolah Formal Keren, Tapi Pesantren Punya Sesuatu yang Gak Kamu Dapat di Kelas | Perspektif Islam
Perspektif Islam --- Di tengah pesatnya perkembangan zaman, pendidikan menjadi salah satu hal paling penting yang menentukan masa depan seseorang. Di Indonesia, kita punya dua jalur pendidikan utama yang sama-sama punya sejarah panjang dan peran besar: pesantren dan pendidikan formal (sekolah umum). Tapi, sebenarnya apa sih perbedaan mendasar antara keduanya? Yuk, kita bahas dengan ringan tapi serius!
1. Tujuan Utama: Akhlak atau Akademik?
Pesantren sejak dulu dikenal sebagai lembaga pendidikan Islam yang fokus membentuk akhlak dan karakter santri. Belajar kitab kuning, tafsir, hadits, fikih, dan hidup disiplin jadi makanan sehari-hari. Santri diajarkan untuk “ngaji dan nglakoni”—belajar dan mengamalkan.
Sementara itu, pendidikan formal seperti SD, SMP, SMA hingga universitas umum lebih fokus pada pencapaian akademik. Kurikulumnya disusun negara, dengan tujuan mencetak tenaga kerja terampil dan berpikiran ilmiah.
2. Sistem Belajar: Total 24 Jam atau Dibatasi Jam Sekolah
Di pesantren, santri belajar 24 jam—tidak hanya di kelas, tapi juga di mushola, asrama, hingga dapur! Semua aktivitas jadi sarana pendidikan karakter. Sementara di sekolah formal, proses belajar biasanya terbatas hanya jam pelajaran, dan setelah itu siswa kembali ke rumah. Nilai utama ditekankan lewat pelajaran dan ujian.
3. Guru atau Kiai?
Di sekolah umum, murid diajar oleh guru mata pelajaran yang fokus pada kompetensi akademik. Di pesantren, ada kiai dan para ustaz yang tidak hanya mengajar, tapi juga menjadi panutan dalam kehidupan sehari-hari. Hubungan kiai-santri lebih dalam, mirip orang tua-anak. Banyak yang menyebut, barokah ilmu muncul dari ta’dzim (rasa hormat) kepada guru. Menurut Prof. Azyumardi Azra (dalam Jaringan Ulama, 1994), hubungan antara kiai dan santri dalam pesantren membentuk transmisi keilmuan yang tidak hanya intelektual, tapi juga spiritual dan etis.
4. Kurikulum: Kitab Kuning atau Buku Paket
Pesantren tradisional mempelajari kitab kuning berbahasa Arab gundul tanpa harakat, seperti Fathul Qarib, Tafsir Jalalain, hingga Ihya Ulumuddin. Ini melatih ketekunan, nalar, dan pemahaman keislaman yang mendalam. Sementara sekolah umum memakai buku teks nasional dari pemerintah yang berisi pelajaran seperti Matematika, IPA, Bahasa, dan sebagainya. Fokusnya lebih ke dunia kerja dan IPTEK.
5. Output dan Tantangan
Lulusan pesantren dikenal tahan banting, mandiri, dan religius. Mereka terbiasa hidup sederhana dan siap hidup di tengah masyarakat dengan berbagai karakter. Sedangkan, lulusan sekolah umum biasanya lebih cepat terserap ke dunia kerja, tapi tantangannya adalah minimnya bekal spiritual dan adab, kalau tidak diimbangi pendidikan agama dari rumah atau lembaga lain.
Kombinasi Ideal? Kabar baiknya, sekarang banyak pesantren modern yang menggabungkan dua sistem ini: ada pelajaran umum seperti Matematika dan Bahasa Inggris, tapi juga tetap intens belajar agama. Itulah kenapa pesantren jadi pilihan banyak orang tua zaman sekarang: anak dapat dua bekal sekaligus—agama dan dunia.
Kesimpulannya, gak harus pilih salah satu. Pesantren dan sekolah formal bukanlah saingan, tapi dua jalan pendidikan yang saling melengkapi. Yang penting adalah niat belajar, adab terhadap guru, dan komitmen untuk terus memperbaiki diri. Pendidikan terbaik adalah yang mampu membentuk manusia berilmu sekaligus berakhlak mulia. Karena pada akhirnya, dunia butuh orang pintar yang juga punya nurani.
Penulis: M Rufait Balya

Gabung dalam percakapan