Islam Nggak Melulu Seragam: Lihat Gimana Uniknya Ibadah Muslim Nusantara!
Perspektif Islam --- Indonesia bukan hanya negeri seribu pulau, tapi juga negeri sejuta warna Islam. Meski mayoritas penduduknya beragama Islam, cara umat Muslim Indonesia menjalankan ajaran agama ternyata sangat beragam—disesuaikan dengan latar belakang budaya lokal yang begitu kaya. Dari Aceh di barat hingga Papua di timur, kita bisa melihat bagaimana Islam berbaur indah dengan tradisi.
Islam di Aceh: Serambi Mekah yang Kental Syariat
Aceh dikenal sebagai daerah dengan penerapan syariat Islam paling kuat di Indonesia. Di sini, adat dan agama menyatu erat. Contohnya, pelaksanaan hukum cambuk untuk pelanggaran syariat dan keharusan berpakaian Islami di ruang publik. Tradisi-tradisi seperti kenduri, peusijuek (tepung tawar), dan dakwah melalui zikir akbar masih sangat hidup. Peneliti seperti Fachry Ali dan Endang Turmudi dalam buku Islam dan Negara menyoroti peran besar elite agama dalam menjaga identitas Aceh sebagai Serambi Mekah.
Minangkabau: Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah
Di Sumatera Barat, masyarakat Minangkabau punya falsafah unik: "Adat basandi syara’, syara’ basandi Kitabullah" (adat bersendikan syariat, syariat bersendikan Al-Qur’an). Meski budaya matrilineal diterapkan, nilai-nilai Islam tetap dominan. Tradisi seperti balimau (mandi menjelang Ramadan) dan pesantren-pesantren surau adalah bukti integrasi kuat antara Islam dan adat. Penelitian Taufik Abdullah menunjukkan bahwa ulama Minang punya peran sentral dalam gerakan pembaruan Islam sejak abad ke-19.
Jawa: Sinkretisme dan Islam Kultural
Di Jawa, Islam menyatu dengan budaya lokal dalam bentuk yang halus dan simbolik. Misalnya, tradisi tahlilan, selametan, dan nyadran—yang merupakan hasil akulturasi antara ajaran Islam dan budaya pra-Islam. Wali Songo memanfaatkan pendekatan budaya ini dalam dakwah mereka. Clifford Geertz, dalam bukunya The Religion of Java, membagi masyarakat Islam Jawa menjadi santri, abangan, dan priyayi—sebuah keragaman internal yang tetap bertahan hingga kini.
Sulawesi dan Kalimantan: Dakwah lewat Adat dan Kekerabatan
Di Sulawesi Selatan, penyebaran Islam erat dengan kerajaan-kerajaan Bugis dan Makassar. Tokoh seperti Sultan Hasanuddin dan penyebar Islam Dato’ ri Bandang memainkan peran penting dalam islamisasi melalui pendekatan budaya dan politik. Di Kalimantan, suku Banjar dan Dayak Muslim menjalankan Islam dengan kuat, tetapi tetap mempertahankan seni dan upacara adat. Penelitian dari LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) menunjukkan bahwa Islam di Kalimantan berkembang lewat jalur perdagangan dan pernikahan antar suku.
Papua: Jejak Islam yang Tumbuh Pelan Tapi Pasti
Meski Islam bukan mayoritas di Papua, dakwah Islam tumbuh dengan pendekatan sosial-kultural. Tradisi masyarakat Islam Papua banyak dipengaruhi oleh para pendakwah dari Bugis, Buton, dan Tidore. Di wilayah Fakfak, Islam dan Kristen hidup berdampingan dengan filosofi lokal "Satu tungku tiga batu"—simbol kerukunan umat beragama. Studi oleh Azyumardi Azra dalam Islam Nusantara menunjukkan bahwa model dakwah damai sangat efektif di wilayah ini.
Kesimpulan: Islam Nusantara, Indah dalam Ragam
Dari Aceh sampai Papua, tradisi Islam di Indonesia mencerminkan betapa lenturnya ajaran agama dalam merespons budaya lokal. Bukan untuk mengubah inti ajaran, tapi untuk membuat Islam terasa dekat dan relevan. Inilah yang sering disebut sebagai semangat "Islam Nusantara"—sebuah wajah Islam yang damai, ramah, dan membumi.
Penulis: M Rufait Balya

Gabung dalam percakapan