160 Tahun Hidup, Jadi Pengurus Masjid, dan Karyanya Mendunia: Ini Kisah Imam Abu Syuja’ | Perspektif Islam
Siapa sih Abu Syuja’?
Perspektif islam --- Nama lengkapnya agak panjang: Al-Qadhi Syihabuddin Abu Ath-Thayyib Ahmad bin Al-Husain Al-Bashri Al-Asy-Syafi’i, tapi kita panggil saja Abu Syuja’—seorang ulama besar dalam mazhab Syafi’i yang hidup super lama, produktif, dan bahkan pernah jadi menteri! Tapi kisah hidupnya bukan cuma soal jabatan. Abu Syuja’ memilih akhir hidupnya dengan cara yang sangat sederhana—jadi marbot (pengurus) Masjid Nabawi! Yuk, kenalan lebih dekat sama beliau.
Lahir di Basrah, Menyala Ilmunya
Abu Syuja’ lahir di Basrah, Irak, sekitar tahun 433 H/1041 M atau 434 H/1042 M. Saat itu Basrah jadi salah satu pusat ilmu besar, dan Abu Syuja’ termasuk yang bersinar di sana. Beliau belajar, mengajar, dan menyebarkan ilmu fikih mazhab Syafi’i di kota ini selama empat dekade!
Dari Kursi Kekuasaan ke Tikar Masjid
Jangan salah, Abu Syuja’ bukan cuma ahli agama yang diam di pojok masjid. Ia diangkat menjadi qadhi (hakim agama) dan bahkan menteri pada usia 47 tahun. Tapi, yang bikin kagum, meski punya kekuasaan dan akses harta, Syekh Abu Syuja' tetap adil, dermawan, dan rendah hati, bahkan menyuruh 10 orang bawahannya keliling membagikan sedekah—masing-masing membawa 1.120 dinar—untuk orang-orang yang membutuhkan.
Tapi semua itu ditinggalkan. Di masa tuanya, Abu Syuja’ hijrah ke Madinah, hidup sederhana dan mengabdikan dirinya menjadi penjaga Masjid Nabawi. Beliau menyapu masjid, menyalakan lentera, bahkan merawat kamar Nabi Muhammad SAW. Bayangkan, seorang ulama besar, malah memilih menjadi pelayan rumah Allah.
Umur 160 Tahun dan Masih Sehat Bugar!
Kamu mungkin berpikir, mana mungkin ada yang hidup 160 tahun? Tapi menurut banyak ulama seperti Imam Al-Bujairimi dan Imam Al-Baijuri, memang Abu Syuja’ hidup selama itu, dan yang bikin lebih amazing, beliau tetap sehat dan kuat di usia senjanya. Ketika ditanya rahasianya, jawabannya simpel tapi mendalam: “Kami menjaga tubuh ini dari dosa saat muda, maka Allah menjaganya saat kami tua.”
Karya yang Melegenda: Matn Ghayah at-Taqrib
Walau tidak banyak menulis, karya Abu Syuja’ yang satu ini super melegenda. Matn Ghayah at-Taqrib alias Mukhtashar Abi Syuja’ adalah kitab fikih ringkas mazhab Syafi’i yang dipelajari di hampir semua pesantren dan majelis taklim di dunia Islam.
Kitab ini bisa dibilang “buku saku wajib” buat yang mau belajar fikih Syafi’i. Meski tipis, isinya padat dan menyeluruh, sampai banyak ulama kemudian membuat syarah (penjelasan), hasyiyah (catatan), bahkan menggubahnya jadi nadham (puisi ilmiah)!
Deretan Ulama yang Mengembangkan Karya Abu Syuja’
Saking pentingnya Taqrib, banyak banget ulama besar yang memberi penjelasan atau komentar atas karya ini. Beberapa di antaranya:
• Fathul Qarib oleh Imam Muhammad bin Qasim Al-Ghazzi
• Kifayatul Akhyar oleh Sayyid Taqiyuddin Al-Hishni
• Al-Iqna’ oleh Imam Khatib Asy-Syarbini
• Syarah Mukhtashar Abi Syuja’ oleh Ahmad Al-Akhshashi
• Dan masih banyak lagi, bahkan hingga ulama kontemporer seperti Dr. Mushtafa Daib Al-Bugha menulis versi modernnya lengkap dengan dalil ayat dan hadits. Bahkan kitab ini sudah diterjemahkan ke bahasa Prancis (1895) dan bahasa Jerman (1987). Keren, kan?
Kok Bisa Ada Dua Abu Syuja’?
Nah, ini bagian yang cukup rumit. Ternyata, ada dua tokoh besar yang sama-sama dikenal dengan nama Abu Syuja’, sama-sama hidup di masa hampir bersamaan, sama-sama bermazhab Syafi’i, dan sama-sama wafat di Madinah. Nggak heran banyak orang keliru membedakan mereka.
• Abu Syuja’ sang Menteri: Nama lengkapnya Muhammad bin Al-Husain Ar-Rudzrawari. Ia seorang pejabat tinggi, lahir tahun 437 H dan wafat tahun 488 H.
• Abu Syuja’ sang Ulama dan Hakim Agama (yang kita bahas): Nama lengkapnya Ahmad bin Al-Husain. Ia lahir tahun 433 H dan wafat tahun 593 H di usia 160 tahun. Dikarenakan Syekh Ahmad bin Al-Husain ini pada tahun 488 H itu, menarik diri dari keramaian dunia untuk berkhalwat, sehingga orang-orang beranggapan bahwa ia telah wafat, padahal di tahun itu yang wafat adalah Abu Syujak sang menteri bukan yang Abu Syuja' ulama. Mereka berbeda orang, tapi sama-sama hebat. Sayangnya, banyak kitab sejarah sempat mencampur kisah keduanya.
Akhir Hidup yang Tenang di Masjid Nabi
Setelah hijrah ke Madinah, Abu Syuja’ menjalani sisa hidupnya dalam kesederhanaan dan pengabdian. Ia wafat tahun 593 H / 1196 M, dan dimakamkan di Al-Baqi’, dekat makam putra Nabi, Sayyidina Ibrahim.
Letak makamnya juga dekat Bab Jibril dan hanya beberapa langkah dari kamar Nabi Muhammad SAW. Kehormatan yang luar biasa bagi seorang ulama yang mengabdikan hidupnya untuk ilmu dan ibadah.
Penutup: Ulama yang Layak Jadi Teladan Zaman Now
Imam Abu Syuja’ bukan sekadar penulis kitab. Ia adalah simbol integritas, kesederhanaan, dan keilmuan tinggi. Ia pernah berada di puncak kekuasaan, tapi tetap memilih untuk hidup sederhana dan khusyuk mengabdi. Bahkan setelah lebih dari 900 tahun, karyanya masih hidup dan dipelajari di seluruh dunia.
Kalau kamu pernah belajar fikih Syafi’i, kemungkinan besar kamu sudah "bertemu" dengan karya Abu Syuja’. Dan sekarang, kamu juga kenal siapa sosok luar biasa di baliknya.
Kalau kamu tertarik mempelajari Matn Ghayah at-Taqrib lebih lanjut, coba cek terjemahannya, atau baca syarahnya seperti Fathul Qarib. Banyak versi terbitan modern yang mudah diakses, bahkan di toko buku online. Siap jadi generasi pelanjut jejak para ulama?
Dikutip dari beberapa sumber, terutama (laduni.id). Dengan penyesuain bahasa.
Penulis: M Rufait Balya

Gabung dalam percakapan