Cara Menggapai Kebahagiaan
Salah satu tujuan hidup manusia adalah menggapai kebahagiaan, baik kebahagiaan di dunia maupun kelak di akhirat. Lantas apakah kita tahu kebahagiaan yang hakiki itu seperti apa? Dan bagaimana cara mendapatkannya?
Tentang hal ini akan dijelaskan oleh KH. Abdul Wahab Kholil (Dewan Pengasuh PP. Mamba'ul Ma'arif Denanyar) yang kami kutip dari khutbah beliau tadi siang (Jumat, 03 November 2023).
Beliau menjelaskan bahwasannya kebahagiaan hakiki adalah mendapatkan ridho Allah SWT baik di dunia maupun kelak di akhirat. Karena tidak ada tujuan lain manusia kecuali memdapat ridho Tuhan yang maha kuasa.
Dan cara untuk menggapai ridho tersebut dengan jalan bertobat kepada-NYA. tobat sendiri adalah mengakui kesalahan, mengakui dosa, sifat penghambaan sekaligus meminta ampunan kepada Allah SWT, dengan beriktikad untuk tidak mengulangi kesalahan maupun dosa yang sama. Dijelaskan dalam firman Allah, Surat an-Nur : 31;
وَتُوبُوا إلى اللهِ جميعًا أيُّه المؤمِنونَ لعلّكم تفلِحونَ
"Dan bertaubatlah kalian semua wahai orang-orang beriman, agar kalian semua beruntung."
Dari kutipan ayat diatas kita diperintahkan oleh Allah agar selalu bertaubat kepada-NYA. Dan tahapan bertaubat bisa kita capai pada mulanya dengan muthaba'atu an-Nabi (mengikuti Nabi SAW) yang ini dapat mengantarkan kita pada derajat yang luhur.
Dan yang dimaksud mengikuti disini adakalanya secara jaliy (jelas/nampak) dan khofiy (samar/tidak terlihat). Yang jaliy seperti halnya sholat, puasa, membayar zakat, haji dllnya. Sedangkan yang khofiy seperti menghadirkan seluruh anggota tubuh dan hati ketika sholat untuk meresapi makna yang terkandung di dalamnya.
Lalu beliau juga mencontohkan yang dimaksud muthaba'ah (mengikuti) adalah mengikuti atau meneladani Mbah Bisir agar kita dianggap sebagai keluarga dan santrinya Mbah Bisri. Karena jika kita tidak melakukan seperti apa yang dilakukan Mbah Bisri Syansuri, bisa saja terjadi pada kita seperti peristiwa Kan'an (Putra Nabi Nuh as.) yang tidak dianggap sebagai keluarganya Nabi Nuh oleh Allah dikarenakan audah berduhaka kepada ayahnya sendiri. Sedangkan Sahabat Salman al-Farisi yang bukan dari golongan Bani Quraisy malah dianggap Nabi SAW sebagai keluarganya sendiri dikarenakan sifat patuh dan selalu mengikuti nabi.
Semoga kita bisa meneladani Nabi dengan lewat meneladani Mbah Bisri Syansuri, agar kita kelak mendapatkan ridho Allah SWT dan agar tujuan kita hidup bahagia dunia akhirat bisa tercapai.
Semoga bermanfaat. Wallahu a'lam bi showab
*Catatan Khutbah Jum'at di Masjid Jami Denanyar-Jombang oleh KH. Abdul Wahab Kholil (Jumat, 03 November 2023)
Editor : Balya Robert (Mahasantri Ma'had Aly Mamba'ul Ma'arif Denanyar)

1 komentar