(NGABUBUREAD IX) Mencari Lailatul Qodar Itu Mudah Kok!
Apa Itu Malam Lailatul Qodar
Lailatul Qodar adalah malam yang sangat mulia yang diberikan Allah SWT kepada Rasulullah SAW dan untuk umatnya. Dan malam ini lebih mulia daripada seribu bulan yang artinya semua amal ibadah yang kita lakukan setara dengan beramal selama 1000 bulan (83 tahun 4 bulan). Apalagi di malam teesebut berada di bulan Ramadhan yang penuh berkah. Lailatul Qodar sendiri merupakan malam diturunkannya al-Qur'an dari Lauhul Mahfudz ke Baitul Izzah (langit dunia).
Allah berfirman:
شهرُ رمضانَ الّذي أُنزِلَ فيهِ القرآنُ هدًى للنّاسِ وبيِّناتٍ منَ الهدى والفُرقانِ
Artinya : Bulan Ramadhan, yaitu bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil) (QS. Al-Baqarah : 185)
Ayat di atas merupakan dalil bahwa Al-Quran pertama kali diturunkan di bulan suci Ramadhan. Mengenai dalil Lailatul Qodar, Allah berfirman:
إنّا أنْزَلْناهُ في ليلة القدرِ، وما أَذراك ما ليلةُ القدرِ، ليلةُ القدر خيرٌ من ألف شهرٍ، تنزّلُ الملائكةُ والرُّوحُ فيها بإذنِ رَبّهمْ مِنْ كلّّ أمرٍ، سلامٌ هي حتّى مطلعِ الفجرِ
Artinya : Sesungguhnya kami telah menurunkannya (al-Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar (QS. Al-Qadar [97]: 1-5)
Turunnya Malam Lailatul Qodar Menurut Pendapat Para Ulama
Sepuluh hari terakhir adalah hari-hari yang sangat ditekankan Nabi untuk menghidupi malam harinya dengan ibadah. Menurut madzab Syafi'i, sepuluh hari terakhir bulan suci Ramadhan adalah yang paling diharapkan terjadinya malam Lailatul Qodar, khususnya malam-malam ganjil, 21, 23, 25, 27, dan 29. Dalam sebuah hadits diriwayatkan:
عن عائشة قالت: كان النّبيُّ صلى الله عليه وسلم إذا دخل العشرُ شدَّ مئزرهُ، وأحيا ليلةُ، وأيقَظَ أهلَهُ
Artinya : "Diriwayatkan dari Aisyah ra. berkata, saat memasuki 10 akhir bulan Ramadhan, Rasulullah SAW mengencangkan ikat pinggangnya (menunjukkan ķesungguh-sungguhan), menghidupi malam harinya (dengan ibadah) dan membangunkan keluarganya (untuk beribadah)." (HR. Bukhori Muslim)
Lailatul Qodar merupakan malam paling utama dari sekian waktu yang lain, yang secara khusus dianugerahkan Allah untuk umat Nabi Muhammad SAW. Tanda-tanda lailatul qodar sebagaimana petunjuk hadits Nabi, baru diketahui saat siang harinya, yaitu matahari terbit tidak tampak banyak memancarkan sinarnya. Diakhirkannya tanda-tanda lailatul qadar di siang hari memberi pesan kepada umat Islam agar di setiap malam Ramadhan hendaknya bersungguh-sungguh dengan tidak menurunkan tensi ibadah. (Keterangan dari Hasyiyah al-Jamal, Juz 8, Hlm 115)
Sebenarnya tidak ada yang mengetahui secara pasti waktu turunnya lailatul qodar, oleh sebab itu ditemukan banyak pendapat ulama mengenai prediksi Lailatul Qodar. Sejumlah ulama telah membuat kaidah atau cara menentukannya. Termasuk di antara ulama yang membuat kaidah waktu Lailatul Qadar adalah Imam al-Ghazali. Imam al-Ghazali mengatakan bahwa waktu turunnya Lailatul Qadar dapat diketahui dari hari permulaan Ramadhan. (Keterangan dari I'anah al-Thalibin, Juz 2, Hlm 290) Berikut rinciannya:
1. Jika awal Ramadhan jatuh pada hari ahad atau rabu maka prediksi Lailatul Qodarnya tanggal 29 Ramadhan
2. Jika awal Ramadhan pada hari senin, maka prediksi Lailatul Qodarnya jatuh pada 21 Ramadhan
3. Jika awal Ramadhan pada hari selasa atau jumat, maka prediksi Lailatul Qodarnya pada tanggal 27 Ramadhan
4. Jika awal Ramadhan pada hari kamis, maka prediksi Lailatul Qodarnya pada tanggal 25 Ramadhan
5. Jika awal Ramadhannya hari sabtu, maka prediksi Lailatul Qodarnya pada tanggal 23 Ramadhan
Dan dikatakan oleh Syekh Abul Hasan,
ومنذ بلغت سن الرجال ما فتتني ليلة القدر بهذه القاعدة
Yang artinya "Mulai aku muda hingga aku tua, pendapatnya Imam Ghozali ini (tentang prediksi jatuhnya Lailatul Qodar) tak pernah meleset (pas)."
Penjelasan Lailatul Qodar menurut KH. Bahauddin Nur Salim (Gus Baha')
Dalam suatu majlis pengajian Tafsir Jalalain, beliau (Gus Baha') menjelaskan tentang Lailatul Qodar, kurang lebihnya begini;
Jadi kan Nabi Nuh menjadi nabi itu 950 tahun dan dapat umat 80 orang saja, dan umut beliau sendiri 1700 tahun. Dan nabi-nabi terdahulu umurnya panjang-panjang.
Lalu Nabi Muhammad merasa (minder/sedikit berkecil hati) "Wah kalau usianya banyak, lalu ibadah seperti Nabi Nuh jelas pahalanya banyam sedangkan umur saya 63 tahun."
Setelah Nabi Muhammad bergumam seperti itu lalu Allah menurunkan ayat;
إنا أنزلناه في ليلة القدر...الخ
"Wahai Muhammad! Umatmu usianya memang pendek, tapi tak kasih ibadah yang setara dengan kaum-kaum terdahulu. Yaitu dengan diberikannya malam Lailatul Qodar yang setara dengan ibadah 1000 bulan (83 tahun 4 bulan)."
"Lailatul Qodar iku gampang, asal gelem poso asal gelem jamaah tarawih yo entuk. Gak perlu bayangno golek srengenge sing ora panas, aneh-aneh ae." (Lailatul Qodar itu mudah, asalakan berpuasa dan jamaah tarawih ya dapat Lailatul Qodar. Tidak perlu membayangkan cari matahari yang tidak terik, aneh-aneh saja) Penjelasan Gus Baha'
Dan Gus Baha' juga menjelaskan, mengutip dawuhnya Sayyidina Usman bin Affan, "Bahwasannya barang siapa yang shalat isya berjamaah, maka orang tersebut sama halnya seperti qiyamul lail sepanjang malam."
Dan bahkan ada seorang wali yang berkata "Saya ini setiap hari mendapatkan malam Lailatul Qodar."
Jadi, dapat disimpulkan dari penjelasan yang ada dalam kitab-kitab salaf dan ditambah keterangan dari KH. Bahauddin Nur Salim, bahwasannya janganlah kita terlalu menjadikan patokan 10 malam terakhir Ramadhan untuk mencari Lailatul Qodar. Karena bisa juga malam Lailatul Qodar itu jatuh sewaktu-waktu tidak hanya pada 10 malam terakhir, bisa juga pada awal Ramadhan atau pertengahan Ramadhan (Nuzulul Qur'an) jika kita berkeyakinan atau mengikuti pendapat bahwasannya Lailatul Qodar itu malam turunnya Al-Qur'an pertama kali. Intinya kita selama bulan Ramadhan ini lebih-lebih di hari-hari terakhir jangan samapi tensi ibadah kita menurun agar kita mendapatkan kesucin bulan Ramadhan.
(al-Faqir Balya Robert, Mahasantri Ma'had Aly Denanyar Jombang)

Gabung dalam percakapan