(NGABUBUREAD IV) Kisah Seorang Majusi Yang Menghormati Bulan Ramadhan

 



Dikisahkan, bahwa ada seorang Majusi melihat anaknya di bulan Ramadhan sedang makan di pasar, lalu dipukulnya seraya berkata: "Kenapa kamu tidak memelihara kehormatan kaum muslimin di bulan Ramadhan?" Kemudian orang Majusi itu pun meninggal dunia. Lalu ada seorang alim melihatnya dalam mimpi, duduk di atas singgasana kemuliaan dalam surga. Orang alim tersebut bertanya: "Bukankah kamu orang Majusi?" Dia menjawab: "Memang, akan tetapi di waktu mati, aku mendengar suatu seruan dari atasku: "Hai malaikat-malaikatKU, janganlah kalian biarkan orang itu sebagai Majusi. Muliakanlah dia dengan keislaman, karena dia menghormati bulan Ramadhan." Ini menunjukkan bahwa setelah orang Majusi itu menghormati bulan Ramadhan, maka dia memperoleh keimanan. Maka, apalagi orang yang berpuasa di bulan Ramadhan dan menghormatinya.


Diriwayatkan dari Rasulullah SAW, beliau menceritakan dari Tuhannya Yang Maha Tinggi:

كُلُّ حسنةٍ يَعْمَلُها ابنُ آدمَ يُضاعفُ له اجْرُها مِن عشرةٍ الى سبعِمِائةِ ضِعفٍ الَّا الصَّومَ فإنَّهُ لى وأنَّا أجرى به

Artinya: "Tiap-tiap kebaikan yang dilakukan anak Adam, akan digandakan pahalanya dari sepuluh sampai tujuh ratus kali lipatnya, selain puasa. Karena sesungguhnya puasa itu untuk-Ku, dan Aku sendiri yang memberi balasan atasnya."


Para ulama berselisih mengenai firman Allah Ta'ala:

الصَّومُ لى وانا أجزي به

"Puasa itu untuk-Ku, dan Aku sendiri yang memberi balasan atasnya."

Padahal semua amal adalah untuk-Nya juga dan Dialah yang membalasnya. Dalam beberapa pendapat:

Pertama, bahwa dalam puasa tidam terjadi riya' (pamer), seperti halnya yang terjadi pada selain puasa. Karena pamer itu terjadi terhadal sesama manusia, sedang puasa itu tak lain adalah sesuatu yang ada dalam hati. Yakni, bahwasannya semua perbuatan hanya bisa terjadi dengan gerakan-gerakan, kecuali puasa. Adapun puasa hanyalah niat yang tidak diketahui oleh sebagian orang.

Kedua, bahwa maksud dari firman Allah:

وانا أجزى به

"Dan Aku sendiri yang memberi balasan atasnya."

Ialah, bahwa Dia (Allah) sendirilah yang mengetahui ukuran pahala puasa dan penggandaan pahalanya. Adapun ibadah-ibadah lainnya maka dapatlah diketahui oleh sebagian orang.


Ketiga, arti dari firman-Nya:

الصوم  لى وانا أجزى به

"Puasa itu untuk-Ku, dan Aku sendiri yang memberi balasan atasnya."

Ialah bahwa puasa itu ibadah yang paling disukai oleh-Nya.


Keempat, penisbatan kepada Diri-Nya adalah penisbatan yang berarti pemuliaan dan penggandaan, seperti kata-kata Baitullah.


Kelima, bahwa sikap tidak memerlukan makanan dan syahwat-syahwat, adalah termasuk sifat-sifat Tuhan. Dan oleh karena orang yang berpuasa itu mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu sikap yang sesuai dengan sifat-sifatNya, maka puasa itu Dia nisbatkan kepada Diri-Nya.


Keenam, bahwa artinya memang seperti itu, tetapi dalam kaitan-kaitannya dengan malaikat. Karena itu semua adalah sifat-sifat mereka.


Dan ketujuh, bahwa ibadah bisa digunakan untuk menebus penganiayaan terhadap sesama manusia, selain puasa. Seperti yang diriwayatkan dari Nabi SAW. Bahwasannya beliau bersabda:

من صام رمضان ايمانا واحتسابا غُفِرَ لهُ ما تَقَدَّمَ مِنْ ذنبه صدق رسول الله فيما قال

Artinya: "Barang siapa yang berpuasa Ramadhan dengan iman dan ikhlas, maka diampunilah dosanya yang telah lalu. Benarlah Rasulullah dalam sabdanya."


(al-Faqir Balya Robert/Mahasantri Ma'had Aly Denanyar Jombang)